Aku dan Sawit

 

Saya mau cerita apa yang jadi pengamatan dan pengalaman saya selama kurang lebih 3 bulan ini berproses bareng temen temen Asana Bina Seni Yayasan Biennale Jogja. Ini semacam memoar arisp sejarah ( dalam karir saya) kalo saya peranah berada dan berproses bareng temen temen Asana Bina Seni Yayasan Biennale. Berangkatnya kiranya begini, awal tahun 2024 tepatnya Februari lalu, usai Gus Dukuh (Bangkit Sholahudih - Dukuh Sawit) turut serta membantu perhelatan Biennale Jogja 17 belio mendapat tawaran untuk mengikuti kegiatan ingkubasi Asana Binsa Seni 2024. 

Aku ingat betul, malam malam Aku, Gus Dukuh dan Pak Guru Sigit ngopi di Toendjoeng Djaja. Belio meminta pertimbangan kami tentang tawaran itu, jelas kami berdua langsung menyarankan untuk mengambil tawaran itu. Beberapa bulan setelahnya, bulan Juni lebih tepatnya. Tiba-tiba dikabarkan bahwa pagelaran seni-senian buat seniman muda binaan Yayasan Biennale Jogja ini akan dilakukan di Sawit. “Tur yoo,kewanen sampean Gus”, responku sepontan dengan setengah kaget setenganya lagi peluang untuk turu berproses. Setelah lebaran haji kemaren aku diminta untuk turut mendampingi dan mengawal jalannya pagelaran seni-senian ini. Tepatnya 28 Juni 2024, aku diminta turut serta mendatangi undangan rapat warga padukuhan Sawit berapa teman teman Asana Bina Seni dan Yayasan Biennale. Agendanya semacam sosialisasi dan pembentukan panitia lokal. Jujur, respon warga agak berdinamika. Ada yang menanyakan bentuk agendanya seperti apa, ada pula yang sudah pernah turut terlibat dalam pagelaran Biennale Jogja sebelumnya. Yang jelas tak sedikit juga warga yang belum terpapar apa itu Biennale Jogja, bahkan seusaiku ini. Sedikit heran juga dan selalu menjadi pertanyaan di benak, nom noman mBantul khusunya Sewonderland iki dolane dong nek di tooo? padahal ada kampus seni tua yang namanya moncer juga lhoo, heheheh. Begitu lah kiranya jika disuki itu ku lontarkan ke Gus Dukuh, dan jawabanya selalu ya ra kabah ki dolan koyo koe Ndaaa, skip.

Sore, beberapa hari setelahnya aku diminta untuk ngetour temen-temen peserta Asana Bina Seni untuk mengenal lebih dalam lagi prihal tempat tempat menarik yang ada di padukuhan Sawit, Panggungharjo. Awalnya cukup bingung juga mau diajak kemana, meski sudah sedari kecil aku dlusupan di Sawit. Tapi,angen-angen untuk segera menghadirkan rute tour umum pun sudah ada sedari 2022 lalu saat aku turut berproses di Desa Wisata Panggungharjo. Hari itu imajinasi yang terlintas, yang penting melewatkan temen - temen ini dibeberapa titik yang ada indusri UMKM-nya sama ruang ruang di mana warga berkumpul sore hari, tentu saja sambil kulonuwon ke warga prihal kegiatan ini. Seru juga ternyata menyusuri Sawit sore hari. Berangkat kisaran 8 orang, ditengah jalan ada tambahan teman namanya Risang, salah satu peserta Asana yang nanti aku turut terlibat sebagai kolabolator dalam pengkariyaannya. Mampir di KTW Sawit Asri hingga menjelang magrib. Memang kelompok warga ini yang sudah cukup terpapar dengan baik prihal apa itu Biennale Jogja. Setelahnya kami kembali ke RT 02 untuk kemudian mampir menikmati angkringan sebelah post Ronda.

Setelahnya sore itu pesan masuk ke WA-ku mulai banyak dari teman teman Asana Bina Seni yang minta disambungkan ke warga Sawit sesuai dengan masing masing hal yang mereka angkat. Salah satunya Risang itu, yang sedari awal sudah jupa denganku dan hendak mengajak muda mudi karang taruna untuk membuat film berbasis pendekatan story WA. Risang ini pula nanti aku menjadi salah satu kolabolatornya. masuk di bulan Juli, 7 Juli, kiranya beberapa hari setelah telusur Sawit itu Risang memintaku untuk dihubungkan ke pemuda desa Sawit yang mempunyai minat di fim filman, muncul beberapa nama salah satunya Rivaldo dan Isma. Siswa SMK jurusan Multimedia yang ku ajak untuk seni senian bareng Risang ini untuk menghasilkan sebuah film berbasis story WA ini. Selain Risang ada juga Mia yang ingin mini residensi di Sawit untuk menyedot data lebih banyak, ada pula Ripase yang minta dihubungkan dengan ibu-ibu juru masak di Sawit. Menjadi wakil ketua pelaksana sekaligus penghubung lanjut teman teman Asana Bina Seni ke warga cukup menyenangkan dengan dinamikannya.

Bulan Juli berjalan begitu cepat, bulan kemerdekaan sudah hendak tiba. Yang intens berkomunikasi dengan aku seniman muda Risang, Mia dan bapak kurator Ragil, kami punya tongkorongan baru di Pincuk dan bali warga, dengan mereka pula ini aku lekas meneruskan Sibokre sebagai media alternatif pengarsipan warga. Risang sudah mulai tahap editing aku sudah bisa menyambi beberapa hal lainya, termasuk menyiapkan kawan kawan muda Sawit RT 02 untuk memeriahkan bulan kemerdekaan. 

Pertemuan panitia lokal dengan temen temen program Asana Bina Seni makin intens. Muncul tema nama Golong Gilig Sawit Gayeng Ngrumat Bumi. Setelahnya ternyata masih perlu banyak sumber daya, perihal sumber daya itu juga ternyata yang cukup menguras energi, dan banyak dinamikannya. Salah satu hal yang harus dikerjarkan adalah membuat artistik dekorasi yang dipasrahkan ke warga Sawit. Koordinatornya mas Aan Yulianto, salah satu seniman grafis lulusan ISI dari Sawit. Mas Aan menerjemahkan tema Golong Gilig ini ke visual lebah, merespon apa yang sebelumnya kami buat di Sawit 2016 lalu untuk keperluan karnaval takbiran. Proses ini cukup menarik, aku mendampingi mas Aan mulai dari berbelanja kreneng sebagai bahan membuat lebah hingga proses pemasangan. Selain itu yang lebih menarik lagi, aku bisa terhubung dengan Koh Budhi Darmana yang sebelumnya aku selalu melihat beliau di acra acara fotografi sekarang ini terlibat langsung menemani beliau untuk menggarap arisp foto warga. Dengan koh Budhi ini sebelumnya aku pernah sekali terlibat di JOFIS 2023 sebagai narasumber di diskusi krisis iklim, namun itu tak seintens sekarang ini. Mencari arsip foto foto warga Sawit kemudian dipamerkan di Golong Gilig Sawit Gayeng Ngrumat Bumi. Menemani mas Budhi ini aku jadi makin tau kalo di Sawit sendir banyak tokoh pergerakan, ada yang ternayat dulu pernah bersekolah di Sekolah Rakyat, ada pula beberapa tokoh kethoprak. Cerita bahwa Sawit banyak tokoh kethoprak ini dulu masa kecil ku sangat sering terdengar, bahkan aku ingat betul kakekku dulunya adalah niyogo di pagelaran kethoprak juga, mungkin aku akan cerita lain hari tenang ini. 

Kerangka agenda acara sudah jadi, dan mendekati peluncurqn publik. Sehari sebelum pembukaan aku diminta kompres menjadi perwakilan warga desa, pengalaman pertama yang cukup menegangkan. Pembukaan acara berajalan sesuai dengan rencana, Lancar!!! Alhamdulillah!!. Minggu pertama cukup lancar jaya santosa, meski ada satu dua hal minor yang bolong. Ada beberapa aktivasi yang dilakukan di tiap-tiap harinya. Hampir tiap hari ada wajah wajah baru yang asing buatku mengunjungi Sawit. Alhamdulillah, kini Sawit mulai dikenal khalayak. Ada beberapa agenda yang cukup menarik bagiku, dari lokal karya buat mainan janur, work shop cukilnya tatah surung, tour jimpitannya walk the pas, memasak mangut lelenya ripase, layar tancep warga yang disitu aku pertama kali menjadi operator film, dan tentu saja sasar susur sketsa yang ternyata pesertanya melibihi expetasi kita kwkwwk

.

Posting Komentar

Related Posts

Angga Kurniawan  - Profil
Baca selengkapnya